Jumat, 16 Juli 2010
Belajar Ke Chris McCandless
Mungkin hari ini tidak akan ada lanjutan cerita dari biasnya jejaring sosial hingga berdampak universal ke perilaku sosial masyarakat yang akan saya posting di blog ini. Namun saya ingin sedikit berbagi kisah, yang mungkin kebanyakan dari kita sudah mengetahui cerita ini.
Kisah Christopher Johnson McCandless alumnus Emory University, yang meninggal dunia di Alaska dalam usia 24 tahun membuat saya berfikir, ada benarnya apa yang telah di lakukan Alexander Supertramp, nama samaran Chris dalam petualangannya meninggalkan semua kobohongan dunia.
McCandless bagi saya tidak mati konyol, dia berusaha mengingatkan semua manusia, jika hidup itu penuh dengan kebodohan dan kebohongan yang setiap hari mengerogoti tubuh kita.
Jika ada yang sudah melihat film Into The Wild mungkin akan merasakan apa yang dirasakan Chris. Dalam film yang didedikasikan untuk megenang Chris McCandless tersebut menceritakan seorang anak muda yang baru saja lulus kuliah dan memandang bahwa dunia di sekelilingnya penuh dengan kebohongan, kekerasan, basa-basi, judgement, juga persepsi.
Karena itulah ia memutuskan untuk pergi, meninggalkan semuanya, termasuk identitas pribadinya dan mengganti namanya menjadi Alexander Supertramp dan mulai berkelana dengan membawa peralatan seadanya dan buku-buku karya penulis idolanya serta buku tentang flora dan fauna. Berbekal itu semua Christopher yang diceritakan dalam film tersebut kemudaian bertekad menuju Alaska.
Terkadang memang kita harus keluar meniduri alam untuk mengetahui hidup ini yang sesungguhnya. Kamauan yang kuat oleh Chris untuk merasakan kebebasan telah menyiratkan pesan kepada kita, jika hidup bukan hanya untuk orang lain, tapi untuk alam juga. Begitu indah kekayaan alam sehingga kebebasan yang sesungguhnya berada di alam liar.
Saya merasakan apa yang dirasakan Chris, begitu dalam hingga seakan hidup ini hanya sebuah kisah yang ada dilembaran terakhir buku, yang terkadang si pembaca mencapainya, namun kebanyakan menutup sebelum diselesaikan.
Kata-kata Chris sebelum menghembuskan nafas terkahir di Alaska membuat saya berfikir. "Apa jadinya kalau saya berlari, dan melihat cahaya itu, setidaknya saya sudah merasakannya," ini adalah teguran kepada alam semesta, walau sebelum menghembuskan nafas terakhir diatas bus ditengah hutan Alaska dan diselimuti dingin alam liar, Chris sempat sadar jika kebahagiaan itu tidak akan dirasakan jika tidak berbagi dengan orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar